Kajian Risiko Bencana Banjir dan Tanah Longsor untuk Desa-Desa di DAS Sembakung, Nunukan Kalimantan Utara

  • Kiki Frida Sulistyani Universitas Tribhuwana Tungga dewi
  • Danang Bimo Irianto
Keywords: capacity; disaster risk; landslide threat; parameter of flood threat; vulnerability

Abstract

Secara geografis DAS Sembakung merupakan DAS lintas negara, antara Indonesia dan Malaysia. Berdasarkan Pola  Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sesayap, DAS Sembakung  memiliki luas wilayah 9.518,78 km2 dengan persentase luas 47 % berada di Malaysia dan 53% di Indonesia. DAS Sembakung berada pada 3,631730o LU -5,092470o LU dan 115,863163o BT – 117,835782o BT. Banjir dan tanah longsor di DAS Sembakung terjadi setiap tahun, dengan 19 Desa terdampak, yang berada di 3 Kecamatan. Pada Kecamatan Lumbis Pansiangan, terdapat 5 desa terdampak banjir dan longsor yaitu desa Desa Ngawol, Desa Sumantipal, Desa Labang, Desa Bulu Laun Hilir dan Desa Lagas. Kecamatan Sembakung Atulai terdapat 6 desa terdampak banjir yaitu Desa Binanun, Liuk Bulu, Pulau Keras, Mambulu, Lubok Buat dan Katul. Kecamatan Sembakung terdapat 8 desa terdampak banjir yaitu Desa Butas Bagu, Labuk, Pagar, Tujung, Manuk Bungkul, Atap, Lubakan dan Tagul. Kajian resiko bencana banjir dan longsor di dasarkan pada penilaian terhadap parameter ancaman banjir, parameter ancaman longsor, parameter kapasitas desa menghadapi bencana dan parameter kerentanan dalam menghadapi bencana. Dari hasil perhitungan didapatkan, 5 desa yang ada di Kecamatan Lumbis Pansiangan masuk klasifikasi risiko tinggi, dan sisanya 14 desa yang ada di Kecamatan Sembakung Atulai dan Sembakung masuk dalam klasifikasi resiko sedang. Desa yang masuk klasifikasi risiko tinggi dan urutannya adalah Desa Labang, Sumatipal, Ngawol, Lagas  dan Bulu Laun Hilir.

Kata Kunci : parameter ancaman banjir; ancaman longsor; kapasitas; kerentanan; risiko bencana

 

Abstract

Geographically, the Sembakung watershed is a cross-country watershed between Indonesia and Malaysia. Based on the Water Resources Management Pattern of the Sesayap Basin, the Sembakung Watershed has an area of ​​9,518.78 km2 with a percentage of 47% of the area located in Malaysia and 53% in Indonesia. Sembakung watershed is located at 3.631730o North Latitude -5.092470o North Latitude and 115.863163o East Longitude – 117.835782o East Longitude. Floods and landslides in the Sembakung watershed occur every year, with 19 villages affected and three sub-districts. In Lumbis Pansiangan District, five villages are affected by floods and landslides, namely Ngawol Village, Sumantipal Village, Labang Village, Bulu Laun Hilir Village, and Lagas Village. There are 6 villages affected by the flood in Sembakung Atulai District, namely Binanun Village, Liuk Bulu, Keras Island, Mambulu, Lubok Create and Katul. There are 8 villages affected by the flood in Sembakung District, namely Butas Bagu, Labuk, Pagar, Tujung, Manuk Bungkul, Roof, Lubakan and Tagul villages. The study of flood and landslide risk is based on assessing the flood threat parameters, landslide threat parameters, village capacity parameters to face disasters, and vulnerability parameters in dealing with disasters. The calculation results found that five villages in Lumbis Pansiangan District were classified as high risk, and the remaining 14 villages in Sembakung Atulai and Sembakung districts were classified as moderate risk. Villages that are classified as high risk and in order are Labang, Sumatipal, Ngawol, Lagas and Bulu Laun Hilir villages

References

P. M. B. Sarana, “Laporan Pendahuluan : DED pembangunan pengendalian banjir dan perkuatan tebing Sungai Lumbis Kec. Lumbis Pansiangan Ds Labang,” Tarakan, 2021.

M. R. Amri et al., RBI (Risiko Bencana Indonesia), vol. 9, no. 3. Jakarta: BNPB, 2018.

BNPB, Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2018. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2018.

S. Aminatun, “Kajian Analisis Risiko Bencana Tanah Longsor Sebagai Dasar,” J. Tek., vol. XXII, no. 2, pp. 372–382, 2017.

S. M. Darmawan and Suprajaka, “Analisis tingkat risiko bencana banjir pada kawasan permukiman (Studi kasus : Kelurahan Cengkareng Timur dan Kapuk),” J. Univ. Esa Unggul, pp. 1–11, 2016, [Online]. Available: https://digilib.esaunggul.ac.id/analisis-tingkat-risiko-bencana-banjir-pada-kawasan-permukiman-studi-kasus-kelurahan-cengkareng-timur-dan-kelurahan-kapuk/8039.

A. W. Hapsoro and I. Buchori, “Kajian kerentanan sosial dan ekonomi terhadap bencana banjir (Studi kasus: Wilayah pesisir Kota Pekalongan),” Tek. PWK (Perencanaan Wil. Kota), vol. 4, no. 4, pp. 542–553, 2015, [Online]. Available: https://media.neliti.com/media/publications/214498-kajian-kerentanan-sosial-dan-ekonomi-ter.pdf.

Murdiyanto and T. Gutomo, “Bencana Alam Banjir dan Tanah Longsor dan Upaya Masyarakat dalam Penanggulangan,” J. PKS, vol. 14, no. 4, pp. 437–452, 2015.

N. Wakhidatus, A. L. Nugraha, and M. Awaluddin, “Analisis ancaman terhadap bencana banjir dan tanah longsor pada wilayah pemukiman di Kabupaten Jepara,” J. Geod. Undip, vol. 10, no. April, pp. 29–35, 2021, [Online]. Available: https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/30631.

E. M. Astuti, “Analisis Risiko Tanah Longsor Desa Tieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo,” Maj. Geogr. Indones., vol. 25, no. 2, pp. 133–149, 2016, doi: 10.22146/mgi.13395.

Firmansyah, J. Rohjan, and D. Syarifudin, “Analisis resiko bencana multi bahaya (multi hazard) dan arahan mitigasinya di Kota Bukittinggi,” in Prosiding Seminar Nasional, 2017, pp. 361–372.

Published
2021-12-06